Pengertian Ensefalitis
Ensefalitis adalah infeksi
yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikro organisme lain yang non
purulent.
Patogenesis Ensefalitis
Virus masuk
tubuh pasien melalui kulit,saluran nafas dan saluran cerna.setelah masuk ke
dalam tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara:
· Setempat:virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau
organ
tertentu.
· Penyebaran hematogen primer:virus masuk ke dalam darah kemudian menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.
· Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di permukaan selaput lendir dan menyebar melalui sistem saraf.
Masa
Prodromal berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing,
muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremintas dan pucat .
Gejala lain
berupa gelisah, iritabel, perubahan perilaku, gamgguan kesadaran, kejang.
Kadang-kadang
disertai tanda Neurologis tokal berupa Afasia, Hemifaresis, Hemiplegia,
Ataksia, Paralisis syaraf otak.
Penyebab
Ensefalitis
Penyebab
terbanyak : Virus
Sering :
Herpes simplex, Arbo virus
Jarang :
Entero virus, Mumps, Adeno virus
Post
Infeksi : Measles, Influenza, Varisella
Post
Vaksinasi : Pertusis
Gejala-Gejala Ensefalitis
Panas badan
meningkat ,photo fobi,sakit kepala ,muntah-muntah lethargy ,kadang disertai
kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen.
Anak tampak
gelisah kadang disertai perubahan tingkah laku. Dapat disertai gangguan
penglihatan ,pendengaran ,bicara dan kejang.
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
1. Identitas
Ensefalitis dapat terjadi pada
semua kelompok umur.
2. Keluhan utama
Panas badan meningkat, kejang,
kesadaran menurun.
3. Riwayat penyakit sekarang
Anak
rewel,gelisah,muntah-muntah ,panas meningkat kurang lebih 1-4 hari, sakit
kepala.
4. Riwayat penyakit dahulu
Klien
sebelumnya menderita batuk , pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah menderita
penyakit Herpes, penyakit infeksi pada hidung,telinga dan tenggorokan.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga
ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus contoh : Herpes dll.
Bakteri contoh : Staphylococcus Aureus,Streptococcus , E , Coli ,dll.
6. Imunisasi
Kapan
terakhir diberi imunisasi DTP
Karena
ensefalitis dapat terjadi post imunisasi pertusis.
Pola-Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola persepsi dan tata laksana
hidup sehat
a. Kebiasaan
sumber air yang dipergunakan dari PAM atau sumur ,kebiasaan buang air besar di WC,lingkungan penduduk yang berdesakan (daerah kumuh)
b. Status
Ekonomi
Biasanya menyerang klien dengan status ekonomi rendah.
2. Pola Nutrisi dan Metabolisme
a. Menyepelekan
anak yang sakit ,tanpa pengobatan yang semPemenuhan Nutrisi
Biasanya klien dengan gizi kurang asupan makana dan cairan dalam jumlah
kurang dari kebutuhan tubuh.,
b. Pada pasien
dengan Ensefalitis biasanya ditandai
Dengan adanya mual, muntah, kepalah pusing, kelelahan.
c. Status Gizi
yang berhubungan dengan keadaan tubuh.
Postur tubuh biasanya kurus ,rambut merah karena kekurangan vitamin A,berat
badan kurang dari normal.
3. Pola Eliminasi
a. Kebiasaan Defekasi sehari-hari
Biasanya pada pasien Ensefalitis karena pasien tidak dapat melakukan
mobilisasi maka dapat terjadi obstipasi.
b. Kebiasaan Miksi sehari-hari
Biasanya pada pasien Ensefalitis kebiasaan mictie normal frekuensi normal.
Jika kebutuhan cairan terpenuhi. Jika terjadi gangguan kebutuhan cairan maka produksi irine akan menurun
,konsentrasi urine pekat.
4. Pola tidur dan istirahat
Biasanya
pola tidur dan istirahat pada pasien Ensefalitis biasanya tidak dapat
dievaluasi karena pasien sering mengalami apatis sampai koma.
5. Pola Aktivitas
A. Aktivitas sehari-hari : klien biasanya terjadi gangguan karena bx Ensefalitis dengan gizi buruk mengalami kelemahan.
B. Kebutuhan
gerak dan latihan : bila terjadi kelemahan maka latihan gerak dilakukan latihan
positif.
C. Upaya
pergerakan sendi : bila terjadi atropi otot pada px gizi buruk maka dilakukan
latihan pasif sesuai ROM
D. Kekuatan
otot berkurang karena px Ensefalitisdengan gizi buruk .Kesulitan yang dihadapi
bila terjadi komplikasi ke jantung ,ginjal ,mudah terkena infeksi berat, aktifitas
togosit turun ,Hb turun ,punurunan kadar albumin serum ,gangguan
pertumbuhan.
6. Pola Hubungan Dengan Peran
Interaksi
dengan keluarga / orang lain biasanya pada klien dengan Ensefalitis
kurang karena kesadaran klien menurun mulai dari apatis sampai koma.
7. Pola Persepsi dan pola diri
Pada klien
Ensenfalitis umur > 4 ,pada persepsi dan konsep diri
Yang
meliputi Body Image ,seef Eslum ,identitas deffusion deper somalisasi belum
bisa menunjukkan perubahan.
8. Pola
sensori dan kuanitif
a. Sensori
-
Daya
penciuman -
Daya rasa
-
Daya raba
- Daya
penglihatan
-
Daya pendengaran
9. Pola Reproduksi Seksual
Bila anak laki-laki apakah
testis sudah turun ,fimosis tidak ada.
10. Pola
penanggulangan Stress
Pada pasien
Ensefalitis karena terjadi gangguan kesadaran :
Stress fisiologi à biasanya anak hanya dapat
mengeluarkan air mata saja ,tidak
bisa menangis dengan keras (rewel) karena terjadi afasia.
Stress
Psikologi tidak di
evaluasi
PEMERIKSAAN LABORATORIUM /
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Gambaran cairan serebrospinal
dapat dipertimbangkan meskipun tidak begitu membantu. Biasanya berwarna jernih
,jumlah sel 50-200 dengan dominasi limfasit. Kadar protein kadang-kadang
meningkat, sedangkan glukosa masih dalam batas normal.
Gambaran EEG memperlihatkan
proses inflamasi difus (aktifitas lambat bilateral).Bila terdapat tanda klinis
flokal yang ditunjang dengan gambaran EEG atau CT scan dapat dilakukan biopal
otak di daerah yang bersangkutan. Bila tidak ada tanda klinis flokal, biopsy
dapat dilakukan pada daerah lobus temporalis yang biasanya menjadi predileksi
virus Herpes Simplex.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko
tinggi infeksi b/d daya tahan terhadap infeksi turun.
2. Resiko tinggi perubahan
peR/usi jaringan b/d Hepofalemia, anemia.
3. Resiko
tinggi terhadap trauma b/d aktivitas kejang umu.
4. Nyeri b/d adanya proses
infeksi yang ditandai dengan anak menangis, gelisah.
5. Gangguan mobilitas b/d
penurunan kekuatan otot yang ditandai dengan ROM terbatas.
6. Gangguan asupan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah.
7. Gangguan sensorik motorik
(penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d kerusakan susunan saraf pusat.
8. Gangguan
rasa nyaman berhubungan dengan sakit kepala mual.
9. Resiko gangguan integritas kulit b/d daya pertahanan tubuh terhadap infeksi
turun.
10. Resiko terjadi kontraktur b/d
spastik berulang.
III. INTERVENSI KEPERAWATAN
A.
Diagnosa 1
Resiko tinggi infeksi b/d daya tahan tubuh terhadap infeksi turun
Tujuan:
- tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil:
- Masa penyembuhan tepat
waktu tanpa bukti penyebaran infeksi endogen
Intervensi
1. Pertahanan
teknik aseptic dan teknik cuci tangan yang tepat baik petugas atau pengunmjung.
Pantau dan batasi pengunjung.
R/. menurunkan resiko px terkena infeksi sekunder . mengontrol penyebaran
Sumber infeksi, mencegah pemajaran pada individu yang mengalami nfeksi saluran
nafas atas.
2. Abs. suhu
secara teratur dan tanda-tanda klinis dari infeksi.
R/. Deteksi dini tanda-tanda infeksi merupakan indikasi perkembangan meningkosamia .
3. Berikan
antibiotika sesuai indikasi
R/. Obat yang dipilih tergantung tipe infeksi dan sensitivitas individu.
B.
Diagnosa 2
Resiko tinggi terhadap trauma
b/d aktivitas kejang umum
Tujuan :
- Tidak terjadi trauma
Kriteria hasil :
- Tidak mengalami kejang / penyerta cedera lain
Intervensi :
1. Berikan pengamanan pada pasien dengan memberi
bantalan,penghalang tempat tidur tetapn terpasang dan berikan pengganjal pada
mulut, jalan nafas tetap bebas.
R/. Melindungi px jika terjadi
kejang , pengganjal mulut agak lidah tidak tergigit.
Catatan: memasukkan pengganjal
mulut hanya saat mulut relaksasi.
2. Pertahankan
tirah baring dalam fase akut.
R/. Menurunkan resiko terjatuh
/ trauma saat terjadi vertigo.
3. Kolaborasi.
Berikan obat sesuai indikasi
seperti delantin, valum dsb.
R/. Merupakan indikasi untuk
penanganan dan pencegahan kejang.
4. Abservasi
tanda-tanda vital
R/. Deteksi diri terjadi
kejang agak dapat dilakukan tindakan lanjutan.
C.
Diagnosa 3
Resiko terjadi kontraktur b/d
kejang spastik berulang
Tujuan
:
- Tidak terjadi kontraktur
Ktiteria hasil :
- Tidak terjadi kekakuan sendi
- Dapat menggerakkan anggota tubuh
Intervensi
1. Berikan penjelasan pada ibu klien tentang penyebab terjadinya spastik ,
Terjadi kekacauan sendi.
R/ . Dengan diberi penjelasan
diharapkan keluarga mengerti dan mau
Membantu program perawatan .
2. Lakukan latihan pasif mulai ujung ruas jari secara bertahap
R/ Melatih
melemaskan otot-otot, mencegah kontraktor
3. Lakukan perubahan posisi setiap 2 jam
R/ Dengan
melakukan perubahan posisi diharapkan peR/usi ke
Jaringan lancar, meningkatkan daya pertahanan tubuh .
4. Observasi gejala kaerdinal setiap 3 jam
R/ Dengan
melakukan observasi dapat melakukan deteksi dini bila
Ada kelainan dapat dilakukan inteR/ensi segera
5. Kolaborasi untuk pemberian pengobatan spastik dilantin / valium sesuai
Indikasi
R/ Diberi dilantin
/ valium ,bila terjadi kejang spastik ulang
DAFTAR PUSTAKA
Laboratorium UPF Ilmu
Kesehatan Anak, Pedoman Diagnosis dan Terapi, Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya, 1998
Ngastiyah, Perawatan Anak
Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta,1997.
Rahman M, Petunjuk Tentang Penyakit,
Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium, Kelompok Minat Penulisan Ilmiah Kedokteran Salemba, Jakarta, 1986.
Sacharian, Rosa M, Prinsip
Keperawatan Pediatrik, Edisi 2 Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta ,1993.
Sutjinigsih (1995), Tumbuh
kembang Anak, Penerbit EGC, Jakarta.
Pengertian Ensefalitis
Ensefalitis adalah infeksi
yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikro organisme lain yang non
purulent.
Patogenesis Ensefalitis
Virus masuk
tubuh pasien melalui kulit,saluran nafas dan saluran cerna.setelah masuk ke
dalam tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara:
· Setempat:virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau
organ
tertentu.
· Penyebaran hematogen primer:virus masuk ke dalam darah kemudian menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.
· Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di permukaan selaput lendir dan menyebar melalui sistem saraf.
Masa
Prodromal berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing,
muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremintas dan pucat .
Gejala lain
berupa gelisah, iritabel, perubahan perilaku, gamgguan kesadaran, kejang.
Kadang-kadang
disertai tanda Neurologis tokal berupa Afasia, Hemifaresis, Hemiplegia,
Ataksia, Paralisis syaraf otak.
Penyebab
Ensefalitis
Penyebab
terbanyak : Virus
Sering :
Herpes simplex, Arbo virus
Jarang :
Entero virus, Mumps, Adeno virus
Post
Infeksi : Measles, Influenza, Varisella
Post
Vaksinasi : Pertusis
Gejala-Gejala Ensefalitis
Panas badan
meningkat ,photo fobi,sakit kepala ,muntah-muntah lethargy ,kadang disertai
kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen.
Anak tampak
gelisah kadang disertai perubahan tingkah laku. Dapat disertai gangguan
penglihatan ,pendengaran ,bicara dan kejang.
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
1. Identitas
Ensefalitis dapat terjadi pada
semua kelompok umur.
2. Keluhan utama
Panas badan meningkat, kejang,
kesadaran menurun.
3. Riwayat penyakit sekarang
Anak
rewel,gelisah,muntah-muntah ,panas meningkat kurang lebih 1-4 hari, sakit
kepala.
4. Riwayat penyakit dahulu
Klien
sebelumnya menderita batuk , pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah menderita
penyakit Herpes, penyakit infeksi pada hidung,telinga dan tenggorokan.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga
ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus contoh : Herpes dll.
Bakteri contoh : Staphylococcus Aureus,Streptococcus , E , Coli ,dll.
6. Imunisasi
Kapan
terakhir diberi imunisasi DTP
Karena
ensefalitis dapat terjadi post imunisasi pertusis.
Pola-Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola persepsi dan tata laksana
hidup sehat
a. Kebiasaan
sumber air yang dipergunakan dari PAM atau sumur ,kebiasaan buang air besar di WC,lingkungan penduduk yang berdesakan (daerah kumuh)
b. Status
Ekonomi
Biasanya menyerang klien dengan status ekonomi rendah.
2. Pola Nutrisi dan Metabolisme
a. Menyepelekan
anak yang sakit ,tanpa pengobatan yang semPemenuhan Nutrisi
Biasanya klien dengan gizi kurang asupan makana dan cairan dalam jumlah
kurang dari kebutuhan tubuh.,
b. Pada pasien
dengan Ensefalitis biasanya ditandai
Dengan adanya mual, muntah, kepalah pusing, kelelahan.
c. Status Gizi
yang berhubungan dengan keadaan tubuh.
Postur tubuh biasanya kurus ,rambut merah karena kekurangan vitamin A,berat
badan kurang dari normal.
3. Pola Eliminasi
a. Kebiasaan Defekasi sehari-hari
Biasanya pada pasien Ensefalitis karena pasien tidak dapat melakukan
mobilisasi maka dapat terjadi obstipasi.
b. Kebiasaan Miksi sehari-hari
Biasanya pada pasien Ensefalitis kebiasaan mictie normal frekuensi normal.
Jika kebutuhan cairan terpenuhi. Jika terjadi gangguan kebutuhan cairan maka produksi irine akan menurun
,konsentrasi urine pekat.
4. Pola tidur dan istirahat
Biasanya
pola tidur dan istirahat pada pasien Ensefalitis biasanya tidak dapat
dievaluasi karena pasien sering mengalami apatis sampai koma.
5. Pola Aktivitas
A. Aktivitas sehari-hari : klien biasanya terjadi gangguan karena bx Ensefalitis dengan gizi buruk mengalami kelemahan.
B. Kebutuhan
gerak dan latihan : bila terjadi kelemahan maka latihan gerak dilakukan latihan
positif.
C. Upaya
pergerakan sendi : bila terjadi atropi otot pada px gizi buruk maka dilakukan
latihan pasif sesuai ROM
D. Kekuatan
otot berkurang karena px Ensefalitisdengan gizi buruk .Kesulitan yang dihadapi
bila terjadi komplikasi ke jantung ,ginjal ,mudah terkena infeksi berat, aktifitas
togosit turun ,Hb turun ,punurunan kadar albumin serum ,gangguan
pertumbuhan.
6. Pola Hubungan Dengan Peran
Interaksi
dengan keluarga / orang lain biasanya pada klien dengan Ensefalitis
kurang karena kesadaran klien menurun mulai dari apatis sampai koma.
7. Pola Persepsi dan pola diri
Pada klien
Ensenfalitis umur > 4 ,pada persepsi dan konsep diri
Yang
meliputi Body Image ,seef Eslum ,identitas deffusion deper somalisasi belum
bisa menunjukkan perubahan.
8. Pola
sensori dan kuanitif
a. Sensori
-
Daya
penciuman -
Daya rasa
-
Daya raba
- Daya
penglihatan
-
Daya pendengaran
9. Pola Reproduksi Seksual
Bila anak laki-laki apakah
testis sudah turun ,fimosis tidak ada.
10. Pola
penanggulangan Stress
Pada pasien
Ensefalitis karena terjadi gangguan kesadaran :
Stress fisiologi à biasanya anak hanya dapat
mengeluarkan air mata saja ,tidak
bisa menangis dengan keras (rewel) karena terjadi afasia.
Stress
Psikologi tidak di
evaluasi
PEMERIKSAAN LABORATORIUM /
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Gambaran cairan serebrospinal
dapat dipertimbangkan meskipun tidak begitu membantu. Biasanya berwarna jernih
,jumlah sel 50-200 dengan dominasi limfasit. Kadar protein kadang-kadang
meningkat, sedangkan glukosa masih dalam batas normal.
Gambaran EEG memperlihatkan
proses inflamasi difus (aktifitas lambat bilateral).Bila terdapat tanda klinis
flokal yang ditunjang dengan gambaran EEG atau CT scan dapat dilakukan biopal
otak di daerah yang bersangkutan. Bila tidak ada tanda klinis flokal, biopsy
dapat dilakukan pada daerah lobus temporalis yang biasanya menjadi predileksi
virus Herpes Simplex.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko
tinggi infeksi b/d daya tahan terhadap infeksi turun.
2. Resiko tinggi perubahan
peR/usi jaringan b/d Hepofalemia, anemia.
3. Resiko
tinggi terhadap trauma b/d aktivitas kejang umu.
4. Nyeri b/d adanya proses
infeksi yang ditandai dengan anak menangis, gelisah.
5. Gangguan mobilitas b/d
penurunan kekuatan otot yang ditandai dengan ROM terbatas.
6. Gangguan asupan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah.
7. Gangguan sensorik motorik
(penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d kerusakan susunan saraf pusat.
8. Gangguan
rasa nyaman berhubungan dengan sakit kepala mual.
9. Resiko gangguan integritas kulit b/d daya pertahanan tubuh terhadap infeksi
turun.
10. Resiko terjadi kontraktur b/d
spastik berulang.
III. INTERVENSI KEPERAWATAN
A.
Diagnosa 1
Resiko tinggi infeksi b/d daya tahan tubuh terhadap infeksi turun
Tujuan:
- tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil:
- Masa penyembuhan tepat
waktu tanpa bukti penyebaran infeksi endogen
Intervensi
1. Pertahanan
teknik aseptic dan teknik cuci tangan yang tepat baik petugas atau pengunmjung.
Pantau dan batasi pengunjung.
R/. menurunkan resiko px terkena infeksi sekunder . mengontrol penyebaran
Sumber infeksi, mencegah pemajaran pada individu yang mengalami nfeksi saluran
nafas atas.
2. Abs. suhu
secara teratur dan tanda-tanda klinis dari infeksi.
R/. Deteksi dini tanda-tanda infeksi merupakan indikasi perkembangan meningkosamia .
3. Berikan
antibiotika sesuai indikasi
R/. Obat yang dipilih tergantung tipe infeksi dan sensitivitas individu.
B.
Diagnosa 2
Resiko tinggi terhadap trauma
b/d aktivitas kejang umum
Tujuan :
- Tidak terjadi trauma
Kriteria hasil :
- Tidak mengalami kejang / penyerta cedera lain
Intervensi :
1. Berikan pengamanan pada pasien dengan memberi
bantalan,penghalang tempat tidur tetapn terpasang dan berikan pengganjal pada
mulut, jalan nafas tetap bebas.
R/. Melindungi px jika terjadi
kejang , pengganjal mulut agak lidah tidak tergigit.
Catatan: memasukkan pengganjal
mulut hanya saat mulut relaksasi.
2. Pertahankan
tirah baring dalam fase akut.
R/. Menurunkan resiko terjatuh
/ trauma saat terjadi vertigo.
3. Kolaborasi.
Berikan obat sesuai indikasi
seperti delantin, valum dsb.
R/. Merupakan indikasi untuk
penanganan dan pencegahan kejang.
4. Abservasi
tanda-tanda vital
R/. Deteksi diri terjadi
kejang agak dapat dilakukan tindakan lanjutan.
C.
Diagnosa 3
Resiko terjadi kontraktur b/d
kejang spastik berulang
Tujuan
:
- Tidak terjadi kontraktur
Ktiteria hasil :
- Tidak terjadi kekakuan sendi
- Dapat menggerakkan anggota tubuh
Intervensi
1. Berikan penjelasan pada ibu klien tentang penyebab terjadinya spastik ,
Terjadi kekacauan sendi.
R/ . Dengan diberi penjelasan
diharapkan keluarga mengerti dan mau
Membantu program perawatan .
2. Lakukan latihan pasif mulai ujung ruas jari secara bertahap
R/ Melatih
melemaskan otot-otot, mencegah kontraktor
3. Lakukan perubahan posisi setiap 2 jam
R/ Dengan
melakukan perubahan posisi diharapkan peR/usi ke
Jaringan lancar, meningkatkan daya pertahanan tubuh .
4. Observasi gejala kaerdinal setiap 3 jam
R/ Dengan
melakukan observasi dapat melakukan deteksi dini bila
Ada kelainan dapat dilakukan inteR/ensi segera
5. Kolaborasi untuk pemberian pengobatan spastik dilantin / valium sesuai
Indikasi
R/ Diberi dilantin
/ valium ,bila terjadi kejang spastik ulang
DAFTAR PUSTAKA
Laboratorium UPF Ilmu
Kesehatan Anak, Pedoman Diagnosis dan Terapi, Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya, 1998
Ngastiyah, Perawatan Anak
Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta,1997.
Rahman M, Petunjuk Tentang Penyakit,
Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium, Kelompok Minat Penulisan Ilmiah Kedokteran Salemba, Jakarta, 1986.
Sacharian, Rosa M, Prinsip
Keperawatan Pediatrik, Edisi 2 Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta ,1993.
Sutjinigsih (1995), Tumbuh
kembang Anak, Penerbit EGC, Jakarta.
PATOFISIOLOGI ENSEFALISTIS
Virus / Bakteri

Mengenai CNS


![]() |
Tik Kejaringan Susu Non Saraf Pusat Panas/Sakit kepala



Muntah- muntah Kerusakan- kerusakan susunan Rasa Nyaman
Mual Saraf Pusat





- Gangguan Bicara
Nutrisi Kurang - Gangguan Pendengaran Resiko Cedera
- Kekemahan Gerak Resiko Contuaktur

- Gangguan Sensorik
Motorik
PATO FISIOLOGI GIZI KURANG

Defisiensi Protein Energi ( EDP ) Defisiensi Vitamin A







gangguan Penurunan keadaan aktivitas Hb sintensis ennim


![]() | |||||
![]() | ![]() | ||||





Gangguan
Pengankutan O2
Nutrisi gangguan integritas mudah infeksi gangguan nutrisi
Kurang kulit /terkena infeksi
![]() | |||
![]() |

Tidak ada komentar:
Posting Komentar